Bukankah dulu kau pernah menghibur diri dengan berkata, "Jika kita berjodoh, kita pasti akan dipersatukan." Dan sekarang, faktanya dia tidak disatukan denganmu, dia berjodoh dengan orang lain. Artinya sudah jelas dia bukan jodohmu, kan? Tapi kenapa malah sedih begitu?
Bukankah dulu kau pernah menenangkan diri dengan berdo'a, "Semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dari diriku." Dan hari ini, nyatanya dia dipertemukan dengan seseorang yang memang lebih baik dari dirimu.
Hajatmu itu —walau pura-pura— telah diijabah oleh Allah. Namun kenapa malah galau begitu?
Kau tahu apa salahmu? Salahmu adalah berkata, "Sabar saja, ya. Hubungan kita punya waktu terbaik untuk diikat oleh tali pernikahan." Sayangnya kau tak sadar, waktu terbaik itu mungkin sudah lewat. Kala dia menawarkan ikrar dan kau berkata "nanti saja", maka kesempatan terbaik itu sudah lenyap. Hilang. Kau baru saja menyia-nyiakan sebuah komitmen yang sungguh begitu mahal.
Tapi tak apa, jangan menyesal. Baiknya kau berdo'a saja, semoga ada yang berkenan memperjuangkanmu lagi, seperti dia yang kau sia-siakan itu.
Ada apa? Jodoh itu rezeki dari Allah. Maka seperti kata Hasan al-Bashri, "Aku tahu rezekiku tak akan diambil orang, karena itulah kalbuku selalu tenang. Aku tahu amalku tak akan ditunaikan orang, karena itulah aku sibuk mengerjakannya."
Jadi, tentang jodoh, mulailah memikirkan BAGAIMANA, bukan KAPAN atau SIAPA.
Sekali lagi berdo'alah, "Ya Allah, pertemukanlah hamba dengan ia yang dapat menemani sisa nafas ini menuju surga-Mu. Menuju cinta-Mu."
Aamiin . . .
Sumber: Motivasi Hijrah Indonesia
Kita Tak Berjodoh
4/
5
Oleh
Yuliana Dwisetya