"Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian)."
.
Demikian Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah berpesan pada Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu (HR. Al-Bukhari no.6416)
.
Seorang mukmin hidup di dunia ibaratnya seperti orang asing atau musafir. Suatu permisalan yang penuh makna dan pesan yang agung.
.
Para 'ulama menjelaskan hadits ini dengan mengatakan, "Janganlah engkau condong kepada dunia; janganlah engkau menjadikannya sebagai tempat tinggal (untuk selama-lamanya); janganlah terdetik dalam hatimu untuk tinggal lama padanya; dan janganlah engkau terikat dengannya kecuali sebagaimana terikatnya orang asing di negeri asing (yakni orang asing tidak akan terikat di tempat tersebut kecuali sedikit sekali dari sesuatu yang dia perlukan); dan janganlah engkau menyibukkan diri padanya dengan sesuatu seperti orang asing yang ingin pulang kepada keluarganya tidak tersibukkan dengannya; dan Allah-Iah yang memberi taufiq."
.
Permisalan Seorang Mukmin di Dunia
.
Inilah permisalan yang disebutkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dan inilah kenyataannya. Kerana sesungguhnya seseorang di dunia ibaratnya seorang musafir. Maka dunia bukanlah tempat tinggal yang tetap (selama-lamanya). Bahkan dunia itu sekedar tempat lalu yang cepat berlalunya. Orang yang melaluinya tidak pernah merasa letih baik malam maupun siang hari.
.
Adapun seorang musafir biasa, kadang-kadang dia singgah di suatu tempat lalu dia boleh beristirahat. Akan tetapi musafir dunia (yakni permisalan orang-orang yang beriman di dunia) tidak pernah singgah, dia terus-menerus dalam keadaan safar (perjalanan). Bererti setiap saat dia telah menempuh suatu jarak dari dunia ini yang mendekatkannya ke negeri akhirat.Maka bagaimana sangkaanmu terhadap suatu perjalanan yang pelakunya sentiasa berjalan dan terus bergerak, bukankah dia akan sampai ke tempat tujuan dengan cepat? Tentu, dia akan cepat sampai. Kerana inilah Allah Ta'ala menyatakan:
.
"Pada hari mereka melihat hari berbangkit itu, mereka merasa seakan-akan tidak tinggal (di dunia) melainkan (sebentar saja) di waktu sore atau pagi hari." (AnNazi'at:46)
.
Orang mukmin ketika hidup di dunia, kedudukannya seperti orang asing. Maka hatinya pun tidak akan terikat dengan sesuatu di negeri asing tersebut. Bahkan hatinya terikat dengan tempat tinggal (negerinya) yang dia akan kembali kepadanya. Dan dia menjadikan tinggalnya di dunia hanya sekedar untuk menunaikan keperluannya dan mempersiapkan diri untuk kembali ke negerinya. Inilah keadaan orang yang asing. Atau bahkan seorang mukmin itu seperti musafir yang tidak pernah menetap di suatu tempat tertentu. Bahkan dia terus-menerus berjalan menuju tempat tinggalnya.Maka seorang mukmin hidup di dunia ini ibaratnya seperti seorang hamba yang ditugaskan oleh tuannya untuk suatu keperluan ke suatu negeri. Hamba tersebut tentunya ingin bersegera melaksanakan apa yang ditugaskan oleh tuannya lalu kembali ke negerinya. Dan dia tidak akan terikat dengan sesuatu kecuali apa yang ditugaskan oleh tuannya.
.
Keadaan Orang Asing dan Musafir
.
Hadits mengenai 'orang asing dan musafir” selengkapnya diriwayatkan Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu adalah sebagai berikut, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam memegang kedua pundakku lalu bersabda, "Jadilah engkau hidup di dunia seperti orang asing atau musafir (orang yang bepergian)." Lalu Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhu menyatakan, "Apabila engkau berada di petang hari, maka janganlah menunggu hingga pagi hari. Dan apabila engkau berada di pagi hari maka janganlah menunggu hingga petang hari. Pergunakanlah waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu. Dan pergunakanlah hidupmu sebelum datang kematianmu." (HR. AIBukhari no.6416)
.
AI-Imam Abul Hasan 'Ali bin Khalaf di dalam Syarh AlBukhari, menjelaskan mengenai hadits ini, "Penjelasannya adalah bahwa orang asing biasanya sedikit berkumpul dengan manusia sehingga terasing dari mereka. Kerana hampir-hampir dia tidak pernah melewati orang yang dikenalnya dan diakrabinya serta orang-orang yang biasanya berkumpul dengannya. Sehingga dia pun merasa rendah diri dan takut.
.
Demikian pula dengan seorang musafir. Dia tidak melakukan perjalanan melainkan sekedar kekuatannya. Dan dia pun hanya membawa beban yang ringan agar tidak terbebani untuk menempuh perjalanannya. Dia tidak membawa apa-apa kecuali hanya sekedar bekal dan kendaraan sebatas yang dapat menyampaikannya kepada tujuan.
.
Hal ini menunjukkan bahwa sikap zuhud terhadap dunia dimaksudkan agar dapat sampai kepada tujuan dan mencegah kegagalan. Seperti halnya seorang musafir. Dia tidak memerlukan membawa bekal yang banyak kecuali sekedar apa yang dapat menyampaikannya ke tempat tujuan.
.
Demikian pula halnya dengan seorang mukmin dalam kehidupan di dunia ini. Dia tidak memerlukan banyak bekal kecuali hanya sekedar bekal untuk mencapai tujuan hidupnya yakni negeri akhirat.”
.
Dia tidak mengambil bagian dari dunia ini kecuali apa-apa yang dapat membantunya untuk taat kepada Allah dan ingat negeri akhirat. Hal inilah yang akan memberikan manfaat kepadanya di akhirat.
.
"Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menganjurkan agar kita menyerupai orang asing. Kerana orang asing itu apabila memasuki suatu negeri, dia tidak mau bersaing dengan penduduk pribumi. Dan tidak pula berbuat sesuatu yang mengejutkan sehingga orang-orang melihat dia melakukan sesuatu yang berbeda dengan kebiasaan mereka. Misalnya dalam berpakaian. Sehingga dia pun tidak bermusuhan dengan mereka. Tentunya selama dalam batasan syar'i.
.
Demikian pula halnya dengan seorang musafir. Dia tidak merasa perlu mendirikan rumah tetap dalam perjalanannya (kalau seorang mukmin di dunia cukup memiliki sebuah rumah untuk sekedar sebagai fasilitas. pendukung dalam menyempurnakan ibadahnya). Dan dia menghindari perselisihan dengan manusia karena dia ingat bahwa dia tinggal bersama mereka hanyalah untuk sementara waktu saja.
.
Maka setiap keadaan orang asing ataupun seorang musafir adalah baik bagi seorang mukmin untuk diterapkan dalam kehidupannya di dunia. Kerana dunia bukanlah negerinya, juga kerana dunia telah membatasi antara dirinya dengan negerinya yang sebenarnya (yakni negeri akhirat)."
.
Demikianlah sikap yang harus dimiliki oleh seorang mukmin. Dia tidaklah berlomba-Iomba dan bersaing dalam masalah dunia sebagaimana orang asing. Dan juga tidak berniat tinggal seterusnya di dunia sebagaimana seorang musafir.
.
Kita memohon kepada Allah Yang Maha Agung agar mengasihi kita dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang zuhud terhadap dunia,
.
Aamiin ya robbal alaamiin..
.
Sumber: https://bit.ly/2yss7CN
Menjadi Orang Asing Dan Musafir Di Dunia ini
4/
5
Oleh
Yuliana Dwisetya